“Sang
Pencerah”
Film yang digarap Hanung Bramantyo berjudul “Sang
Pencerah”, mengkisahkan tentang KH. Ahmad Dahlan, pelopor pembaruan Islam di
Indonesia dan pendiri organisasi Muhammadiyah dengan berbagai intrik yang
menarik untuk diikuti. Dengan durasi tayang selama 120 menit, film menggunakan
setting Yogyakarta, ditahun 1888, tempat asal Dahlan dilahirkan.
Dalam silsilah
Dahlan termasuk keturunan ke duabelas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali
besar dan terkemuka dari walisongo. Menceritakan tentang sejarah perjuangan
hidup Muhammad Darwis atau yang lebih dikenal dengan KH.Ahmad Dahlan sampai
berdirinya organisasi Muhammadiyah. Film Sang Pencerah ini mengambil setting
padatahun 1800an dan di bintangi oleh Lukman Sardi (pemeran KH Ahmad Dahlan), Zaskia
Adya Mecca (Nyai Ahmad Dahlan), Ikra negara (Kyai Abu Bakar), SujiwoTejo,
Giring (KH Sudja, murid KH Ahmad Dahlan) dan sejumlah artis pendukung lain
seperti Ikra Negara hingga Joshua Suherman yang berperan sebagai tokoh Hisyam
muda. Beberapa budayawan juga terlibat semisal Sitok Srengenge, Bambang
Paningron dan Bondan Nusantara.Sepulang dari Mekah, Darwis muda mengubah
namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia
21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat
Islam yang melenceng kearah sesat,
Syirik dan Bid'ah.
Film Sang Pencerah diawali dengan gambaran kaum Muslim
Jawa yang banyak dipengaruhi oleh ajaran Syekh Siti Jenar. Digambarkan bahwa
sultan merupakan representasi Tuhan yang memegang otoritas agama. Hal itu
terlihat jelas dengan gelar sultan sebagai khalifatullah ponatagama. Akhirnya,
dalam film Sang Pencerah, sosok Ahmad Dahlan setidaknya digambarkan dalam
beberapa fase.
•
Pertama, fase
sebelum berangkat haji atau fase Dahlan muda.
•
Kedua, fase
setelah kepulangannya dari ibadah haji di Mekkah atau fase awal perjuangan.
•
Ketiga, fase
konsolidasi.
Dalam ketiga
fase tersebut, sosok Dahlan yang mencolok dalam Sang Pencerah adalah
konsistensinya memegang prinsip kebenaran yang dia yakini, walaupun pernah
putus asa atas kondisi masyarakatnya.
Berikut
gagasan-gagasan yang dilakukan Ahmad Dahlandalam film sang pencerah :
Bidang Agama :
Mengubah arah kiblat yang dulunya mengarah sebelah barat menjadi serong 23
derajat dari posisi semula, Menegakkan kembali kepada Al-Qur’an dan As sunnah,
Menghilangkan praktek tradisi yang menimbulkan kesesatan bagi yang
menjalaninya. BidangSosial : Mendirikan Organisasi Muhammadiyah yang bersumber
pada Al Qu’an dan Al hadist dan mementingkan kebutuhan masyarkat daripada
kebutuhan individu, Sesuai dengan surat Al Ma’un, ia mengajarkan untuk
menyatuni fakir miskin. Bidang Pendidikan : Mendirikan sekolah yang mengajarkan
agama Islam walaupun pada film yang masih berada di suraunya untuk mengajarkan
pendidikan kepada anak-anak.
Nilai-nilai Dakwah dala film Sang Pencerah yaitu : Nilai
Kesetaraan (Egalitarianisme)Manusia pada prinsipnya memiliki hak yang sama di
mata Tuhan. Dalam film SP, nilai-nilai ini ditunjukkan oleh Ahmad Dahlan. Siapa
pun berhak mengajukan pendapat, Nilai Islam
Rahmatan lil-Alami, Nilai Islam rahmatan lil-alamin21 adalah gambaran “wajah”
Islam yang damai, sejuk, dan teduh. Islam yang didasarkan pada nilai-nilai
universalitas 22 termuat dalam firman-Nya, “Aku tidak mengutusmu (Muhammad),
melainkan sebagai penebar kasih sayang bagi
alam semesta” (QS. al-Anbiya: 107). Petikan ayat tersebut dijadikan
Dahlan untuk mengawali awal khotbah jumatnya di Masjid Gede. Nilai Kesenian
sebagai Metode Dakwah yaitu Ada ungkapan bahwa hidup dengan seni akan menjadi
indah. Seni dalam konteks dakwah sama dengan film sebagai media dakwah. Dalam
film SP, Dahlan tampak memainkan biola dengan piawai. Suatu ketika, suara biola
terdengar dari kejauhan dengan lagu Lir-Ilir. Dahlan dalam berbagai kesempatan
menjadikan biola sebagai salah satu alat dakwah, Nilai Tauhid (Monoteisme,
Nilai ini berarti menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sembahan, Tuhan yang
esa (tunggal). Tuhanlah yang menjadi pusat tujuan. Ajaran tauhid tampak dalam
SP ketika Dahlan mengambil sesaji, yang dia anggap mubazir. Sesaji adalah
makanan yang biasa dipersembahkan kepada roh leluhur untuk tujuan tertentu. Hal
itu bertentangan dengan ajaran agama yang menganjurkan untuk memohon hanya pada
Tuhan, bukan pada leluhur. Nilai Pluralisme (Nilai
ini menghargai kemajemukan beragama. Dakwah tidak bisa Kontekstualita menafikan
adanya komunitas agama lain.), Dakwah
Dahlan sesuai norma agama bahwa ada komunitas agama lain selain Islam yang
diyakini.
0 komentar:
Posting Komentar